Bagaimana kita bisa khusyuk dalam berkomunikasi dengan Allah lewat sistem informasi tersebut? Bagaimana pula kita bisa tahu bahwa dzikir dan do'a telah khusyuk. Dan bisakah semua itu diukur, supaya kita bisa memperoleh kemantapan?
lni memang pertanyaan yang sangat mendasar, dan tidak pernah terjawab dengan tuntas. Meskipun secara kualitatif, sebenarnya Allah telah mengajarkan cara mencapai kekhusyukan, dan sekaligus mengukurnya. Namun demikian, memang muncul berbagai persepsi dan pendapat tentang yang disebut khusyuk. Baik cara mencapainya, maupun cara mengukurnya.
Di antaranya ada yang berpendapat bahwa khusyuk adalah suatu kondisi dimana seseorang bisa berkonsentrasi penuh sehingga tidak ingat lagi akan sekitarnya. Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud khusyuk adalah suatu kondisi dimana kita bisa merelaksasi pikiran dan jiwa kita sehingga memperoleh jiwa yang tenang.
Dan, ada lagi lainnya yang berpendapat, bahwa yang dimaksud khusyuk adalah ketika kita bisa merasakan sedang dilihat Allah, karena kita tidak bisa melihatNya. Atau, mungkin masih ada lagi pendapat-pendapat lainnya yang berbeda.
Tapi, sebenarnya bagaimanakah yang dimaksud khusyuk menurut versi Al Qur’an? Dan bagaimana cara mencapai kekhusyukan itu? Dalam berbagai ayatNya, Allah menyinggung tentang kekhusyukan. Di antaranya adalah ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah (2) : 45-46
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Menurut ayat di atas, yang dimaksud khusyuk adalah orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan bertemu Tuhannya saat berkomunikasi, dan suatu ketika akan 'kembali' bertemu dengamya.
by : http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/